Berastagi - Sidebu-debu - Panatapan Tour

Peserta tour :
- Lamtota Banjarnahor
- Gloriasty Damanik
- Santria Silaban
- Trifena Sinaga
- Ria Natalia Tamba
- Meilina Sari Girsang
- Elia Marina Sinaga
- Rinda Dudu Prima Sumbayak
- Irena Roma Sihombing
- Rachel Rona Pakpahan
- Riris Pakpahan

Sinopsis :
Tour ini diadakan pada tanggal 3 Juli 2012. Perjanjiannya, ETD direncanakan pada pukul 08.00 WIB, tapi namanya juga Indonesia alias jam karet (si Elia, K’Mei, dan Gloria telat), tour akhirnya dilaksanakan pukul 09.00 WIB (Kasihan banget si Trifena dan Santria, padahal mereka sudah datang sebelum jam 08.00 WIB). Selagi menunggu yang belum datang, beberapa diantara kami makan Pop Mie untuk mengisi perut. Selesai makan Pop Mie, teman-teman yang ditunggu tak kunjung datang, akhirnya semuanya merengut dan mengeluh sambil nyengir sendiri (hahaha). Supaya mereka tidak jenuh menunggu, aku mengajak mereka langsung naik bus untuk menunggu didalam. Tak berapa lama kemudian, akhirnya yang ditunggu datang juga, kami pun berangkat. Didalam bus, beberapa diantara kami ngobrol satu sama lain untuk menghilangkan rasa jenuh dan mau muntah (hahaha). Akan tetapi, si Gloriasty alias Ipink asyik tidur (mungkin ne anak sesak berak kali ya?! hahaha).
Beberapa jam kemudian, akhirnya kami sampai di Berastagi City. Sesampainya disana, beberapa diantara kami duduk sejenak didekat POM Bensin untuk menunggu beberapa teman kami yang ingin ke toilet. Setelah mereka selesai, kami pergi mencari rumah makan untuk lunch. Selama lunch, kami saling menghitung biaya masing-masing dengan suara keras-keras sehingga terlihat lucu dan memalukan (hahaha). Untuk menghemat, beberapa diantara kami membungkus sisa makanannya yang tidak habis sebagai bekal makanan di Sidebu-debu Hotspring (hahaha, hemat atau gak punya duit ne?!).
Setelah selesai lunch, kamipun memulai tour. Awalnya kami ingin trekking di Sibayak Mountain, karena tidak memungkinkan, akhirnya tour dimulai dengan mengunjungi Berastagi Market. Rachel dan adiknya tampak asyik membeli buah dan souvenir, Trifena dan Ria asyik memilih-milih baju yang ingin dibeli, Elia dan K’Mei asyik menawar baju, sedangkan aku, Ipink, Irena, Rinda, dan Santria asyik berfoto ria (hanya 1 kemungkinan kami berfoto, yakni kami gak ada uang untuk belanja). Setelah asyik dengan ‘Free Time’, kami berencana pergi ke Sidebu-debu Hotspring untuk berendam. Setelah K’Mei tawar-menawar dengan ‘Supir Kerina’ (gak tahu nama supirnya, karena Karonese, ya kupanggil aja gitu), kami pun berangkat menuju  Sidebu-debu Hotspring. Biaya kami perorang untuk charter angkot ialah Rp 9.000,-/orang (include ongkos Berastagi-Sidebu-debu dan entrance fee awal). Selama diperjalanan, kami foto-foto diangkot sementara K’Mei memutar lagu Dewi Persik dan Hotmix dengan volume yang keras. K’Mei juga kembali melakukan tawar-menawar dengan ‘Supir Kerina’ untuk menjemput kami. Setelah disetujui, kami membayar Rp 5.000,-/orang kepada supir tersebut untuk dijemput dan diantar ke Panatapan. Aku teringat kalo uangku tinggal Rp 7.000,- (coba Anda bayangkan saudara-saudara, ongkos aja tidak cukup lagi!).

Setelah sampai di Sidebu-debu Hotspring, kami kembali membayar Rp 5.000,-/orang sebagai entrance fee menuju permandian. Setelah membayar, kamipun mencari tempat permandian yang sepi dan strategis dengan toilet (ruang ganti). Setelah kami semua mengganti baju, kamipun berendam. Irena dan Rachel membeli bubuk belerang seharga Rp 5.000,-/buah (3 buah = Rp 10.000,-). Mereka tidak lupa untuk membagikannya dengan kami. Saat itu, kami semua ‘masker-an’ sambil berendam, tidak lupa mengambil kesempatan langka ini untuk berfoto ria (hahaha). Setelah kami membilas wajah kami, kamipun makan. Yang menjadi sasaran utama ialah makanan Trifena dan Ria, saat direstaurant mereka membeli ‘Ayam Pedas Manis’ seharga Rp 20.000,-/porsi untuk dibungkus sementara aku dan yang lainnya hanya membeli ‘Kentang Goreng’ seharga Rp 5.000,-/porsi. Setelah makanan kami habis, Elia mengeluarkan ‘Mie Ayam Jamur’ (seharga Rp 12.000,-/porsi) yang tadinya merupakan sisa makanannya yang tidak habis dan menawarkannya kepada kami. Tak ada diantara kami yang mau memakan mie tersebut. Akhirnya, karena makanannya tak laku, Elia memaksa Trifena untuk memakan. Awalnya Trifena menolak, akan tetapi untuk menghargai akhirnya dia memakan makanan yang ditawari Elia meskipun hanyalah ‘segigit’ (hahaha).

Setelah siap makan, kami kembali berendam untuk beberapa saat dan mengganti baju. Setelah selesai, kami ganti baju dan berdandan (cem betol aja ya?!), kamipun keluar dari permandian. Dari kejauhan, ‘Supir Kerina’ tampak menunggu kami didalam angkotnya. Sebelum kami naik keangkot, kami tidak lupa untuk mememorikan kenangan disana dengan befoto. Setelah berfoto, kami melanjutkan perjalanan ke Panatapan.
Di Panatapan, bukannya memesan makanan, kami langsung berfoto menikmati indahnya alam serta hembusan angin yang menyejukkan hati dan bersyukur atas indahnya kehidupan yang diberi oleh Sang Pencipta. Aku mendatangi K’Mei sambil  berbisik untuk mengatakan uangku tinggal Rp 7.000,- lagi. K’Mei langsung diam, tiba-tiba Elia datang dan K’Mei bilang, “Uang si Tota gak ada lagi, kasihkan dulu uangmu.” Disini aku sedikit kecewa lihat Elia, “Jangan sok Sinterklas kam disitu! Kita juga gak ada uang lagi.” K’Mei hanya diam saja, dan ketika kami tiba ditempat duduk, K’Mei mendatangiku diam-diam dan memberikanku uang Rp 7.000,- sambil bilang, “Jangan sampe dilihat dia, dek,” sambil melirik kearah Elia. Akupun gak lupa bilang, “Makasi ya kak!”. Setelah siap berfoto, kami mencari tempat untuk makan jagung dan minum teh panas. Harga 'Jagung Rebus/Bakar' ialah Rp 5.000,-/buah sedangkan 'Teh Panas' seharga Rp 5.000,-/gelas. Saat itu aku tidak memesan apa-apa dikarenakan uang yang sudah menipis. Kemudian Elia bilang, “Kau mau apa, ta?” Karena aku udah kesal aku bilang aja kalau aku masih kenyang. Mungkin merasa aku marah padanya, Elia juga tidak memesan apa-apa.
Saat kami menyudahi persinggahan di Panatapan dan hendak pulang, si Elia terlihat merajuk dan bilang kalau dia mau pulang ke Kabanjahe langsung. Dia nangis, kami semua heran, bahkan K’Mei. Kami tidak tahu alasan dia menangis. Akhirnya, kami mengirim Ipink untuk membujuk dia untuk pulang bareng kami ke Medan. Setelah hati si Elia luluh, akhirnya kami pulang bareng ke Medan. Saat itu, semua bus kearah Medan penuh. Karena melihat hari yang semakin malam, akhirnya kami rela duduk diatas bus (tarum). Saat itu yang tidak berani duduk diatas hanyalah Rinda dan Irena, alasan mereka ‘takut sakit’. Kami sangat menikmati pengalaman duduk diatas tarum, kami tertawa bersama sambil menyanyikan “Mars TNT”. Ada kejadian yang sempat membuat kami semua yang duduk diatas tarum kesal, si kernet meminta ongkos Rp 10.000,-/orang (seperti harga normal) padahal kami rela duduk diatas diterpa angin dan hujan. Kami tidak mau membayar ongkos, kemudian si kernet menurunkan ongkos menjadi Rp 80.000,-/9 orang. Kami semua hanya ingin membayar Rp 3.000,-/orang hingga Rp 5.000,-/orang (kami juga gilak kali ya?!). Kami tetap tidak bersedia dan mempertahankan pendapat. Akhirnya, K’Mei usulkan untuk membayar Rp 75.000,-/9 orang. Kamipun akhirnya sampai di Medan dengan ongkos Rp 8.500,-/orang.